Sabtu, 05 Maret 2011

tentang dia 2

Hubungan kami tidak bisa dibilang baik-baik saja, sering sekali dia menyakitiku dan tidak peduli padaku. Sampai akhirnya aku berubah jadi orang yang agak sedikit tertutup. Awalnya aku sangan cerewet, apapun aku katakan, apa perasaanku. Tapi lama kelamaan, aku bahkan tidak bisa menceritakan apa yang sedang aku rasakan. Ketika kami ada masalah, aku lebih memilih menyimpannya sendiri, karena tiap kali aku marah gara-gara kesalahan dia, dia akan berbalik marah padaku. Aku bukannya tidak mau menyelesaikan masalah, aku hanya tidak mau menambah parah masalah yang ada, dan aku tahu, akhirnya aku juga yang akan di salahkan.
Teman-teman kampusnya pun memperparah keadaan kami. Mereka sering menjelek-jelekanku, padahal aku sama sekali tidak mengenal mereka, aku tak tahu mengapa mereka bisa berkata hal yang sebneranya aku juga tidak mengerti, tapi yang dia lakukan? Dia lebih ”memihak” teman-temannya, aku benar-benar lelah. Tapi semua itu tidak membuatku ingin melepaskannya, mungkin karena ”sayang”.
Saat itu, aku sedang dekat dengan salah satu teman lamaku, namanya Kiran. Mungkin karena perlakuan Arfa padaku, aku mencari ”pelarian” ditempat lain, dan Kiran lah yang bisa memberikanku hal yang tidak bisa Arfa berikan pada saat itu. Perhatian dan kasih sayang yang aku inginkan dari Arfa, bisa aku dapatkan dari Kiran. Aku tahu aku salah, membuat Kiran menyayangiku, tapi kami sama-sama tahu, aku tak bisa meninggalkan Arfa.
Sampai satu hari, kami kembali putus, kali ini dia yang memutuskanku, tanpa alasan yang jelas. Beberapa hari sebelumnya, sikap Arfa memang berubah, sangat tidak aku mengerti. Seperti biasa, dia menghilang, tapi ada satu kejadian, terjadi kecelakaan saat dia sedang futsal. Dia memintaku untuk datang ke rumahnya. Tapi sampai disana, dia malah marah karena aku tidak mau menginap di sana. Aku sudah menjelaskan alasanku, tapi dia tidak bisa terima, dan terus saja marah-marah. Keesokan harinya sikap dia sudah berubah lagi, dia kembali baik padaku. Saat itu aku sedang sibuk mengurusi registrasi kuliahku, sampai aku tak punya waktu membalas sms dari dia. Akhirnya dia marah, dan memutuskanku. Aku kaget, karena aku berpikir tidak ada masalah yang serius yang terjadi. Sebenarnya aku tak terima, dan meminta dia untuk kembali, tapi saat itu, dia tetap pada keputusannya. Akupun merelakan dia pergi, dan aku kembali dekat dengan Kiran, lebih dari sebelumnya.
Sudah hampir 3 minggu aku putus dengan Arfa, walalupun berat, tapi aku bersyukur ada Kiran yang menemaniku. Dia selalu mendengarkan semua keluhanku, dan jujur, hanya Kiran yang bisa menangkanku. Dengan segala sesuatu yang sudah terjadi antara aku dan Arfa, apa yang sudah kami jalani dan lakukan, mungkin bisa saja aku gila, karena jujur, sulit sekali melepaskan Arfa setelah aku merasa berjuang sendiri menjalani hubungan kami, setelah aku menerima apapun yang Arfa lakukan padaku, aku masih ingin mempertahankan hubungan kami.
Tapi aku kembali dekat dengan Arfa. Saat itu kami sering berhubungan lewat chat facebook dan YM. Jujur aku senag aku sudah bisa berhubungan lagi dengannya, setelah sebelumnya dia bahkan tidak mau membalas smsku. Lama kelamaan kami semakin dekat, sampai satu malam, ketika aku sedang menelponnya, dia bertanya apakah aku mau kembali bersamanya. Tentu saja saat itu aku bilang iya, jujur, aku masih menyayanginya. Walalupun kami tidak langsung berpacaran lagi, karena Arfa meminta agar kami kembali bersama setelah kami bertemu, entah apa alasannya.
Sampai saatnya dia datang ke Bandung, dan akhirnya kami kembali berpacaran. Sikap dia sudah mulai berubah lebih baik, walaupun kadang, masih saja ada hal yang membuatku menangis gara-gara perlakuan dia padaku, tapi aku merasa semuanya berjalan lebih baik dari sebelumnya.
Tapi ada hal yang membuatku kadang benar-benar merasa lelah, dia sering sekali tiba-tiba membatalkan janji untuk datang ke Bandung. Dengan keadaan kami yang tidak bisa sering bertemu, hal itu membuatku sangat sedih. . Aku sebenarnya ingin sekali dia ada disaat-saat tertentu, di hari yang spesial, misalnya perayaan tanggal jadian kami. Bahkan dia tidak datang saat aku ulang tahun, dan lebih memilih bersama temannya saat aku ingin memberikan kejutan pada hari ulang tahunnya, padahal semua sudah aku persiapkan. Dia selalu berkata ”kayak ga ada tahun depan aja sih”. Tapi entah mengapa aku merasa saat itu adalah saat terakhir, tidak akan pernah ada tahun depan.
Jujur, saat itu, aku merasa dia sedang dekat dengan wanita lain. Aku sudah cukup mengenal dia, dan aku tahu, dia tidak akan begitu saja bisa dekat dengan seorang wanita jika dia tidak merasakan apapun kepada wanita itu. Walalupun demikian, aku tidak bisa bertanya kepadanya, karena aku tahu kebiasaannya, dia akan berbalik marah padaku.
Dan ketika anniversary kami yang ke-3, dia kembali melanggar janjinya sendiri untuk datang ke Bandung. Hanya gara-gara masalah hari. Dia bilang akan datang hari minggu, tapi tiba-tiba sabtu pagi dia menghubungiku, dan bilang tidak akan datang, hanya karena malam harinya aku tidak menjawab telepon dari dia, padahal yang aku tahu, tidak ada satupun telepon dari dia. Aku benar-benar marah pada saat itu, dan memaksa untuk bertemu. Aku bilang aku yang akan ke Jakarta, dan menunggunya ditempat biasa dia menjemputku. Walalupun dia sudah melarangku, tapi aku tetap memaksa untuk berangkat.
Aku berpikir dia masih punya perasaan, dan semarah apapun dia akan datang. Aku sebenarnya hanya ingin bertemu untuk memberikan kado yang sudah aku persiapkan. Aku tiba di Jakarta sekitar pukul 18.30. aku menunggunya di sana, aku mengabari dia kalau aku sudah tiba. Tapi dia tidak membalas sms ku. Dia bahkan mematikan hp nya. Aku tetap menunggu, aku berpikir mungkin hp nya memang mati. Sampai aku mulai tidak sabar, sudah hampir jam 9 malam, tapi dia belum datang. Akhirnya aku menghubungi ibunya, aku bertanya apa dia ada dirumah. Aku benar-benar kaget dan tidak percaya, ternyata dia di rumah, dan sengaja mematika hpnya. Aku benar-benar marah, aku sudah tidak bisa lagi menangis, hanya penyesalan, bahkan dia tidak menghargaiku sebagai pacarnya, 3 tahun yang sia-sia, pikirku.
Aku marah, dan kembali ke Bandung malam itu. Hanya ada kebencian yanga ku rasakan, benar-benar tidak percaya.
Keesokan harinya aku menerima sms dari dia, bukan permintaan maaf, tapi dia memutuskanku. Aku berpikir, siapa yang harusnya minta putus? Siapa yang harusnya sakit hati. Dia tidak memberiku alasan, dan bahkan memintaku untuk tidak bertanya alasannya apa. Dengan semua kecurigaanku, aku pikir wajar aku berpikir dia memutuskanku karena wanita lain.
Tapi ternyata sulit, berkali-kali aku meminta dia kembali, tapi dia tidak pernah menanggapiku. Sampai akhirnya aku menyerah, dan merelakan dia pergi. Walaupun sebenarnya, aku masih menyayanginya, sangat menyayanginya.
Keadaan memang sudah berangsur lebih baik, aku sudah bisa berhubungan dengan dia lagi, walalupun hanya lewat chat. Dengan susah payah aku menahan perasaanku, menganggap dia hanya sebatas teman. Aku berpikir, lebih baik seprti ini, aku tidak benar-benar kehilangannya.
Sampai suatu pagi, tiba-tiba aku menerima sms dari dia. Dia bilang tiba-tiba mengingatku. Jujur aku marah, saat aku merasa sudah merelakan dia pergi, dia seenaknya datang, dan berkata suatu hal yang bisa menjatuhkanku lagi.
Dari situ, kami lebih sering berhubungan, ya walalupun masih hanya lewat chat. Sampai satu hari, aku tahu dia sedang dekat dengan wanita lain. Jujur, aku sakit, aku merasa benar-benar sudah tidak punya keseempatan lagi. Tapi seiring kedekatan kami, dia sering bercerita kalau dia tidak merasa bahagia dengan pacarnya. Inginnya aku berkata ”udah, tinggalin dia, kamu sama aku aja, aku yang bisa bikin kamu seneng”. Tapi aku tahu itu tak mungkin.
Sampai entah mengapa, aku menjanjikannya membelikan buku kesukaan dia. Dari situ kami semakin dekat, dan dia semakin sering menghubungiku lebih dulu. Suatu hari, aku bertanya tentang hubungan dia dengan wanita itu. Dia malah menjelek-jelekan pacarnya didepanku. Jujur aku tidak suka, itu bukan urusanku, sekarang dia sedang menjalani hubungan dengan wanita itu, dan itulah konsekuensi yang harus dia ambil.
Kami semakin dekat, bahkan kami berjanji ubtuk bertemu saat aku mengunjungi temanku yang ada di jakarta. Tapi seprti biasa, dia membatalkan janjinya, dengan entah apa alasannya, sampai aku tahu, dia membatalkan janji karena pergi ke Bandung dengan pacarnya. Aku bingung, setiap kali aku bertanya tentang hubungannya dewngan wanita itu, dia pasti bilang sudah putus, tapi ternyata, dia masih bersama wanita itu. Aku benar-benar bingung. Sebenarnya aku berharap, pertemuaku dengannya bisa menjadi kado istimewa untuk hari ulang tahunku yang tinggal beberapa hari, tapi ternyata..
Kali ini aku benar-benar kecewa, dan memutuskan itulah terakhir kali aku berhubungan denga Arfa. Aku merasa sudah tidak ada lagi yang menjadi alasan untukku kembali dekat dengannya.
Tapi ternyata, ketika aku dengan susah payah menata hatiku untuk benar-benar melepaskannya, dia kembali menghubungiku. Tepat di hari ulang tahunku. Aku sebenarnya bersyukur, mungkin Allah tidak mengizinkan kami bertemu, untuk benar-benar menjadikannya kado di saat hari ulang tahunku. Kami mengobrol cukup lama. Mulai dari cerita tentang hubungannya dengan wanita itu, sampai membicarakan masa lalu kami. Berkali-kali dia bilang lebih baik kembali denganku, aku tidak tahu apa dia serius atau tidak, tapi jujur, aku senang, itulah yang selama ini aku inginkan, tapi aku tahu tidak mungkin, dia sudah memiliki kehidupan dengan pacarnya, dan aku tidak boleh mengganggu hubungan mereka.
Keesokan harinya dia kembali menghubungiku, dan cerita bahwa dia sudah memutuskan pacarnya. Aku mengira kali ini akan benar-benar berakhir, hubungannya dengan wanita itu.
Ternyata, saat keesokan harinya aku ingin menghubunginya, pacarnya malah meneleponku dan marah-marah. Menuduhku menganggu hubungan mereka. Jujur, saat itu aku benar-benar marah pada Arfa, aku merasa dia tidak bisa tegas. Aku sempat terpancing dan balik marah-marah pada wanita itu, juga pada Arfa. Tapi lama-lama aku menyesal, tidak seharusnya aku bersikap tidak dewasa seperti itu. Aku mengatakan pada Arfa aku menyesal, tapi yang tidak aku mengerti, dia bahkan tidak menghubungiku, untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Jujur aku kecewa, mengapa pada saat aku butuh penjelasan, Arfa malah pergi?
Sekarang aku benar-benar merindukannya, lebih dari saat dulu dia memutuskanku. Ingin sekali aku menghubunginya, tapi aku takut, itu malah memperburuk hubungan dia dengan wanita itu. Aku sangat-sangat merindukannya. Terkadang aku meminta pada Tuhan agar diberikan satu lagi kesempatan untuk mendengar penjelasannya. Aku merindukannya sampai hampir gila. Aku ingin dia kembali, walalupun mungkin hanya sebatas teman, tapi aku ingin tahu keadaannya saat ini, aku inginkan dia, benar-benar menginginkannya.
Aku ingin jujur tentang perasaanku selama ini yang masih tidak bisa melupakannya, aku masih menyayanginya.
Semoga aku masih punya kesempatan.............

1 comments:

rafa blackcat mengatakan...

sedih juga ya kisahnya si arfah sama si kiran.. heheheehee

Posting Komentar