how lucky i am :)
kali in gw mau sedikit nge-reviwe tentang acara yang kemarin gw ikutin yaitu One Day Workshop Wordisme yang diadakan tanggal 19 November kemarin di Gedung Kompas-Gramedia. Pada workshop sehari ini para peserta yang semuanya punya minat yang sama dalam hal dunia tulis menulis, dikasih kesempatan buat belajar dari beberapa ahli di bidang jurnalisme pop, penulisan biografi, blog, cerpen/novel, sama skenario. merasa sangat beruntung bisa jadi bagian dari acara hebat itu. Nih ini dia oleh-oleh buat yang pengen tahu sedikit bocorannya,
Sesi Pertama, pelatihan Jurnalisme Pop
Diisi sama Mbak Petty S Fatimah ( PemRed Majalah Femina) dan Mbak Reda Gaudiamo (Pemimpin Grup Majalah Wanita Gramedia). Mereka berdua ngebahas segala sesuatu tentang dunia majalah, dan bagaimana kiat-kiat buat jadi penulis di media cetak, baik itu majalah, koran, tabloid, dan lain-lain.
Kesempatan kita untuk jadi penulis di media baik itu majalah, Koran, tabloid dan lain-lain sangat terbuka lebar, termasuk untuk penulis lepas/ freelance. Hal pertama yang harus dilakukan seorang penulis yang ingin memasuki dunia jurnalistik adalah, mengenali media yang akan kita masuki. Kita harus benar-benar mengenali lebih dalam tentang media tersebut, pengenalan terhadap media akan mempermudah kita mengetahui apa yang media tersebut butuhkan tentang apa saja yang biasanya dibahas, bagaimana gaya bahasanya, cara penyampaian beritanya. Misalnya, kita ingin menjadi penulis freelance atau bahkan kontributor tetap di majalah Femina, maka kita harus tahu, tulisan seperti apa yang dibutuhkan oleh majalah Femina. Kita juga harus memperhatikan penyesuaian tulisan dengan media yang akan kita masuki. Ga mungkin juga kan kita masuk ke majalah Femina, tapi bahasa yang kita pakai adalah bahasa yang lebih cocok dipakai untuk majalah Kawanku misalnya.
Pemahaman yang baik mengenai suatu media akan memudahkan kita menentukan angel, karena beda media yang kita masuki, akan berbeda juga gaya penyampaiannya. Perbedaan kata pada masing-masing media juga sangat berpengaruh, walaupun artinya sama, tetapi kita tetap harus memperhatikan gaya tulisan kita. Kita juga harus menyesuaikan gaya penyampaian dengan jaman, karena perbedaan jaman, akan juga mempengaruhi perbedaan pemahaman.
Tidak ada kontent yang dibatasi untuk kita kembangkan. Kita bisa saja membahas tema yang terbilang cukup “berat” di majalah remaja, hanya saja dengan cara penyampaian yang lebih menarik. Apabila kita ingin menulis di satu media, kita juga jangan melupakan tentang jumlah karakter yang harus digunakan, karena berhubungan dengan layout. Biasanya, tampilan pada saat tulisan akan diterbitkan, sudah ditentukan, jadi kita harus jeli dalam merangkai kata-kata agar berita yang ingin kita sampaikan bisa tetap singkat, tetapi maksudnya masih bisa ditangkap.
Sesi Kedua, Pelatihan Menulis Biografi
Diisi sama the one and only masternya tulis menulis biografi di Indonesia , Mbak Alberthine Endah, dan moderatornya Mas Mayong (kebayang dong pengen banget teriakin nama Mas Mayong, tapi pasti keliatan norak haha). Pada sesi ini terlihat lebih santai karena mungkin Mbak AE sama Mas Mayong udah kenal lama, jadi cara penyampainnya juga jadi lebih asyik hehhe…
Pertama Mbak AE ditanya alasannya kenapa milih jadi penulis biografi, dan alasannya karena pengen ngangkat kisah hidup seseorang, ga cuma orang yang udah terkenal, tapi siapapun yang kira-kira kisah hidupnya bisa diangkat, dan pada akhirnya bisa menginspirasi pembacanya, atau bahkan mengubah hidup pembacanya. Kebanyakan penulisan biografi seseorang cuma menampilkan data-data yang kurang menarik, tanpa ada “nyawa” didalamnya. Itulah yang bikin pembaca di Indonesia malas untuk membaca biografi seseorang, tetapi terima kasih buat Mbak AE yang bisa menyampaikannya secara lebih “hidup” dan menarik.
Hal yang pertama harus dimiliki sama penulis biografi adalah Mental yang kuat, ga cuma karena kita bakal menghadapi orang-orang yang berbeda, yang bisa berubah mood kapan aja, kita juga harus bisa mengatur hati kita agar tidak terlalu terlarut pada cerita, karena buklan tidak mungkin, saking sedihnya kita malah ga tau lagi harus nulis apa. Modal utama yang harus dimiliki oleh penulis biografi adalah kepekaan perasaan, sikap menghormati, dan bisa cepat beradaptasi dengan narasumber. Sebelum kita mewawancarai narasumber, ada baiknya kita mengumpulkan data sebanyak banyaknya tentang narasumber, biar kita juga tahu apa yang harus kita tanyakan, dan apa yang harus kita “korek” karena ga semua narasumber bisa jujur.
Kriteria pemilihan tokoh yang akan dijadikan narasumber oleh Mbak AE biasanya karena orang tersebut mempunyai kekayaan hidup (bukan berarti materi ya, tapi orang yang dulunya bukan siap-siap, yang bisa menjadi “seseorang”), punya satu agenda yang diperjuangkan, juga punya human interest yang tinggi.
Perbedaan narasumber juga membedakan cara pendekatan kita, kita tidak bisa memperlakukan semua narasumber dengan cara yang sama. Itulah mengapa kita sangat memerlukan kepekaan perasaan. Kita juga harus pintar-pintar “memaksa” narasumber untuk menceritakan kisah hidupnya secara detail, tidak ada yang ditutupi, tetapi juga harus bisa jadi director yang juga punya kontrol, karena biasanya, ada narasumber yang terlalu asyik bercerita sesuatu yang pada akhirnya akan dia sesali. Konsistensi pertemuan juga harus diperhatikan, usahakan bisa bertemu minimal seminggu sekali, agar baik penulis maupun narasumber tidak lupa apa yang terakhir mereka bicarakan.
Sesi Ketiga, Meraih Sukses Dari Blog
Ini dia yang paling gw tunggu dari workshop kemarin. Karena interest gw emang di dunia blog-blogan (halaahhh). Sesi ini diisi sama Radtya Dika (udah pada tahu dong), juga Mbak Ollie Salsabella, salah satu bloger wanita yang udah terkenal juga, yang punya beberapa bisnis toko buku online.
Satu kalimat yang masih terngiang-ngiang dikepala gw ampe sekarang adalah kata-katanya Raditya Dika “you don’t have to be better, you just have to be different”. Keren banget lah kata-katanya Bang haha. Kita ga usah pengen blog kita terlihat lebih baik dari orang lain biar yang baca tertarik buat dateng, kita cuma harus bikin apa yang mau kita sampaikan itu berbeda dari orang lain.
Kita bisa mengawali menulis blog dari apa yang kita lakukan/alami sehari-hari. Tapi harus diingat, kalau mau mulai nulis blog, ekspektasi kita jangan terlalu dibawa terbang tinggi, misalnya “wah, gw mau bikin blog ah, dan nanti gw harus jadiin blog gw buku”. Kalau awalnya aja lw udah berpikiran seperti itu, maka ketika ternyata blog lw ga ada yang lirik, lw bakalan males buat nge blog. Buatlah postingan dari apa yang kita suka, dan jadilah diri sendiri. Ketika kita jujur pada diri kita sendiri, maka orang lain juga bakalan tertarik karena ga nganggep kita “fake” dan membuat sesuatu cuma agar disukai orang lain. Kembali, menulis adalah passion, apapun bentuknya, mau itu nulis cerita, artikel, atau apapun, semua balik lagi ke passion awal kita, itulah yang bikin kita bisa jujur dalam menulis.
Tips menulis di blog adalah pertama kita harus bisa memberikan judul yang menarik (dan jujur, gw mati disini, gw paling ga bisa ngasih judul yang baik haha). Selain itu, kalimat awal harus kita bikin semenarik mungkin, agar pembaca juga penasaran dan teru membaca tulisan kita sampai akhir. Gunakanlah personal voice, dan anggaplah pembaca seperti teman kita. Jadi kalau ada yang kasih komen, sebisa mungkin kita bales, tapi kalau komennya emang Cuma ngejatuhin kita, ya udah diemin aja, seperti kata Bang Dika “jangan ngasih panggung buat para haters”.
Biar blog kita terlihat menarik, jangan lupa juga memperbesar ukuran huruf untuk sub-judul, dan kalau bisa, tiap postingan kita juga dikasih link sumber. Kita ga perlu terpaku pada kata-kata yang akan kita gunakan, tapi lebih kepada bagaimana cara kita menyampaikan sesuatu, agar terlihat lebih menarik.
Yang paling tahu kapan kita punya mood buat nulis adalah diri kita sendiri, jadi jangan lupa buat maintance kapan waktu yang menurut lw paling pas buat nulis. Kita bisa memanfaatkan social media contohnya twitter ataupun facebook buat mempromosikan blog kita. Jangan malu buat misalnya nge-mention temen kita dan suruh promote ke followersnya yang lain.
Kalau kita mulai stuck dan ga tau harus nulis apa lagi, atau istilah kerennya writers block, kita harus lawan. kita tulis apa aja yang kita mau, walaupun itu ga penting. “Lebih baik nulis satu tulisan jelek, daripada ga nulis apapun” karena kalau kita nulis satu hal saat kita ga mood, bukankah bisa di perbaiki saat mood kita udah balik lagi?
Sesi Keempat, Pelatihan Menulis Fiksi Novel/Cerpen
Nah, ini juga salah satu sesi yang paling gw tunggu-tunggu, sesi menulis fiksi Novel/Cerpen, pembicaranya adalah Mbak Clara Ng (penulis fiksi dewasa maupun anak-anak) , Mbak Djenar Maesa Ayu (penulis cerpen dan buku kumpulan cerpen), Mbak Hetih Rusli (Editor fiksi Gramedia), dan Mbak Windy Ariestanty (Pemimpin Redaksi GagasMedia). Sesi ini cukup menarik, ga cuma gara-gara kelakuan Mbak Djenar yang kadang bikin peserta ketawa, juga karena baru pada sesi ini gw lihat pembicara ga selalu punya pikiran yang sama, bahkan berlawanan. Tapi karena saking menariknya, catatan-catatan yang gw bikin juga jadi sedikit hahah.
Ketika kita menulis, berarti kita mencoba mengeluarkan apa yang kita rasakan. Pengalaman yang bisa kita jadikan ide tidak melulu harus sesuatu yang pernah kita alami secara fisik, atau dialami oleh kita sendiri, tapi bisa juga pengalaman orang lain, tapi kita bisa merasakan apa yang orang itu alami. Hal paling penting adalah, kita harus mengenali diri kita sendiri, karena dengan mengenali diri sendiri, kita bisa tahu apa yang kita mau, tulisan seperti apa yang akan kita buat.
3 babak fiksi dalam dunia tulis menulis cerita menurut Clara Ng adalah pengenalan karakter, konflik, ending. Konflik adalah hal yang paling penting dalam membuat sebuah cerita, karena konflik bisa membuat cerita kita lebih menarik. Sebelum kita memutuskan untuk membuat satu cerita, kita juga harus tahu akan dibawa kemana cerita kita, dan bagaimana akhirnya. Karena kalau kita bahkan ga tau endingnya mau dibuat seperti apa, pasti kita akan mengalami stuck ditengah jalan.
Pemilihan kata dalam tulisan juga harus diperhatikan. Tapi walaupun harus tahu target cerita yang kita tuju (misalnya dewasa atau untuk remaja), tapi kita juga jangan terlalu mencari satu kata yang bertele-tele.
Sekarang dilihat dari kaca mata editor. Editor sangat selektif dalam memilah mana cerita yang bisa diangkat, atau mana yang masih banyak kekurangan. Karena editor adalah jembatan antara penulis dan pembaca, maka ketika melihat satu saja kalimat yang mungkin tidak akan berkenan atau kurang menarik, sebagai editor wajib merevisi, tidak peduli sesulit apapun penulis itu sudah merangkai ceritanya.
Penulis juga harus mengenali kitra-kira penerbit mana yang akan dia tuju, karena setiap penerbit memiliki peraturan yang berbeda-beda.
Sesi Kelima , Pelatihan Menulis Skenario
Pembicara Salman Aristo, Alexander Thian, sama Aditya Gumay. Nah jujur, di sesi ini ga sedikitpun gw nyatet apa-apa, jadi gw tulisin yang gw inget aja ya hehe.
Dalam penulisan skenario baik itu sinetron ataupun film, kita harus ingat bahwa kita akan menulis untuk sesuatu yang visual, sehingga sang penulis harus sangat jelas mendeskripsikan sebuah kejadian. Sebelum membuat satu skenario,kita harus mempunyai satu premis kuat dimana kemudian premis itu bisa dikembangkan hingga pada akhirnya cerita tersebut mempunyai ending. Tetapi harus diperhatikan bahwa menulis skenario ataupun film itu berbeda. Ketika menulis untuk cerita film, kita hanya akan terpaku pada satu peristiwa saja, sedangkan untuk sinetron ,lebih kompleks, karena setidaknya kita harus menyiapkan cerita untuk beberapa episode awal.
Menurut Alexander Thian, menulis skenario untuk sinetron itu harus punya ketahanan mental. Dimana kadang kita harus tiba-tiba merubah skenario yang ada karena salah satu pemainnya tidak bisa melakukan pengambilan gambar karena alasan sakit atau apapun, dan terkadang menulis skenario hanya berkaiatan dengan materi yang akan kita dapat. Terkadang penulis skenario dilema karena ingin membuat satu karya bagus, tapi terbentur dengan selera masyarakat yang akhirnya akan mempengaruhi rating dan kelangsungan sinetron tersebut.
Hal yang paling hars diingat dalam membuat satu skenario Film ataupun sinetron, kita harus mempunyai golden scene yaitu beberapa adegan yang akan terkenang oleh penonton, seperti adegan yang membuat benar-benar marah, tertawa, menangis, dan bahkan ketakutan. Setidaknya harus ada minimal 10 golden scene dalam satu skenario.
Dan ini yang menarik tentang sinetron yang terkesan gitu-gitu aja. Menurut Alex, terkadang satu sinetron yang tadinya mau dibuat berbeda dari biasanya, terpaksa harus dirubah jalan ceritanya, kembali untuk pemuasan pasar dan rating. Bahkan Alex mengatakan terkadang sebelum mengeluarkan satu sinetron, dia meminta saran ke Pembantu, tentang jalan cerita sinetron itu. Ya kalau menurut pemantunya itu ga bagus, ga akan naik tanyang, mau segimana bagusnya pun cerita dan pemainnya. Karena ternyatasinetron yang "bagus" menurut para penikmatnya adalah sinertron yang ada adegan nagis-nangisnya, melotot, jambak-jambakan, dan kamera zoom in zoom out (pantesan cerita sinetron gitu-gitu aja)
Terakhir ada pertanyaan peserta yang bilang, keapa harus ngikutin selera pembantu dan bukan mencoba "mem-pintarkan_ pembantu-pembantu atau penikmat sinetron itu dengan tontonan yang lebih menarik dan berbobot. menurut Alex terlalu sulit, tapi Aditya Gumay berkata "jika tidak suka tayangan televisi, jangan jadi silent majority. Speak Up!" (Baik deh Oom, semoga nanti ada sinetron yang keren kaya serial-serial dari luar negri yang keren-keren)
Nah itu dia sediki Review dari Gw. mungkin ga lngkap karena keterbataan daya ingan. Tapi gw bener-bener bersyukur bisa dapet kesempatan langka itu, walaupun masih sangat merasa idak puas sekali dan pwngwn ikutan lagi kalau bisa. kapan-kapan gw bagi-bagi juga fotonya, sekarang belom gw edit dan innet kosan juga ga memungkinkan jadi kapan-kapan aja heheh.
Tapi ga lupa gw mau bilang makaih banyak buat Mbak Alberthine Endah @AlberthieneE yang udah ngasih kesempatan besar ini sama Kak Chiko @gembrit yang udah mau susah ngirim e-mail buat para peserta, dan dengan sabarnya ngejawab semua pertanyaan kami.
kalau ada yang pengen tahu lebih lagi, silahkan buka aja tagar #wordisme dari twitter kalian, dijamin disana bakalan dapet info yang lebih lengkap, soalnya katanya bakalan diadain lagi, siapa tahu ada yang tertarik :)
Dalam penulisan skenario baik itu sinetron ataupun film, kita harus ingat bahwa kita akan menulis untuk sesuatu yang visual, sehingga sang penulis harus sangat jelas mendeskripsikan sebuah kejadian. Sebelum membuat satu skenario,kita harus mempunyai satu premis kuat dimana kemudian premis itu bisa dikembangkan hingga pada akhirnya cerita tersebut mempunyai ending. Tetapi harus diperhatikan bahwa menulis skenario ataupun film itu berbeda. Ketika menulis untuk cerita film, kita hanya akan terpaku pada satu peristiwa saja, sedangkan untuk sinetron ,lebih kompleks, karena setidaknya kita harus menyiapkan cerita untuk beberapa episode awal.
Menurut Alexander Thian, menulis skenario untuk sinetron itu harus punya ketahanan mental. Dimana kadang kita harus tiba-tiba merubah skenario yang ada karena salah satu pemainnya tidak bisa melakukan pengambilan gambar karena alasan sakit atau apapun, dan terkadang menulis skenario hanya berkaiatan dengan materi yang akan kita dapat. Terkadang penulis skenario dilema karena ingin membuat satu karya bagus, tapi terbentur dengan selera masyarakat yang akhirnya akan mempengaruhi rating dan kelangsungan sinetron tersebut.
Hal yang paling hars diingat dalam membuat satu skenario Film ataupun sinetron, kita harus mempunyai golden scene yaitu beberapa adegan yang akan terkenang oleh penonton, seperti adegan yang membuat benar-benar marah, tertawa, menangis, dan bahkan ketakutan. Setidaknya harus ada minimal 10 golden scene dalam satu skenario.
Dan ini yang menarik tentang sinetron yang terkesan gitu-gitu aja. Menurut Alex, terkadang satu sinetron yang tadinya mau dibuat berbeda dari biasanya, terpaksa harus dirubah jalan ceritanya, kembali untuk pemuasan pasar dan rating. Bahkan Alex mengatakan terkadang sebelum mengeluarkan satu sinetron, dia meminta saran ke Pembantu, tentang jalan cerita sinetron itu. Ya kalau menurut pemantunya itu ga bagus, ga akan naik tanyang, mau segimana bagusnya pun cerita dan pemainnya. Karena ternyatasinetron yang "bagus" menurut para penikmatnya adalah sinertron yang ada adegan nagis-nangisnya, melotot, jambak-jambakan, dan kamera zoom in zoom out (pantesan cerita sinetron gitu-gitu aja)
Terakhir ada pertanyaan peserta yang bilang, keapa harus ngikutin selera pembantu dan bukan mencoba "mem-pintarkan_ pembantu-pembantu atau penikmat sinetron itu dengan tontonan yang lebih menarik dan berbobot. menurut Alex terlalu sulit, tapi Aditya Gumay berkata "jika tidak suka tayangan televisi, jangan jadi silent majority. Speak Up!" (Baik deh Oom, semoga nanti ada sinetron yang keren kaya serial-serial dari luar negri yang keren-keren)
Nah itu dia sediki Review dari Gw. mungkin ga lngkap karena keterbataan daya ingan. Tapi gw bener-bener bersyukur bisa dapet kesempatan langka itu, walaupun masih sangat merasa idak puas sekali dan pwngwn ikutan lagi kalau bisa. kapan-kapan gw bagi-bagi juga fotonya, sekarang belom gw edit dan innet kosan juga ga memungkinkan jadi kapan-kapan aja heheh.
Tapi ga lupa gw mau bilang makaih banyak buat Mbak Alberthine Endah @AlberthieneE yang udah ngasih kesempatan besar ini sama Kak Chiko @gembrit yang udah mau susah ngirim e-mail buat para peserta, dan dengan sabarnya ngejawab semua pertanyaan kami.
kalau ada yang pengen tahu lebih lagi, silahkan buka aja tagar #wordisme dari twitter kalian, dijamin disana bakalan dapet info yang lebih lengkap, soalnya katanya bakalan diadain lagi, siapa tahu ada yang tertarik :)
2 comments:
Ciyeee mbak ayu,,, nice posting nih :)
heheh...
makasih nia..
yang kemaren ikut wordisme juga???
Posting Komentar